09 Agustus 2008

Posisi .....



Posisi? Posisi apa sih? Ya, kalau diartikan sederhana bisa berarti tempat keberadaan sesuatu. Dapat berarti juga kedudukan. Atau letak sesuatu. Atau ..... masih banyak lagi maknanya.

Pada 'booming' pilkada/pilpres dewasa ini, kata 'posisi' menjadi begitu sakti. Ia dikejar oleh siapapun dengan motivasi apapun untuk yang namanya kekuasaan. Karena itu partai politik tiba-tiba saja menjamur dimana-mana sebab diyakini akan menjadi kendaraan super ajaib yang akan merubah nasib penumpangnya .... wush .... menjadi apapun yang diinginkan jika ... kekuasaan teraih. Artinya jika seseorang bisa meraih posisi bupati/walikota, gubernur, dan presiden maka dia bisa memainkan kata-kata 'sim salabim'. Bahkan hebatnya, seseorang yang berhasil meraih posisi puncak,akibat menang dalam pilkada/pilpres, akan dapat menarik banyak konco-konco tim suksesnya untuk bersama-sama menikmati kemenangan itu.

So, begitulah posisi diperebutkan banyak orang. Masalahnya, jika posisi itu ditaklukkan dengan keluar uang bejibun maka logikanya uang itu harus kembali. Sebaliknya jika posisi itu diraih dengan uang yang relatif sedikit maka boleh jadi si peraih kekuasaan tak begitu terayu nafsu untuk mengeruk uang sebanyak-banyaknya. Apa iyyyaaa begitu? Semuanya sih bergantung pada 'kapstok' (baca: pengendalian nafsunya).

Apapun memang tergantung sang niat. Kalau niatnya mulia, insya Allah kalbunya selalu teringat dengan niat itu - selama niatnya ikhlas dan selalu bersama kerumunan orang-orang 'baik' - untuk memikirkan nasib orang banyak yang kebanyakan belum tentu makan banyak alias hidup serba pas-pasan. Ya pas secara ekonomi, secara wawasan/pendidikan. Pas juga dari sisi pergaulan sehingga akses sosialnya terbatas. Begitulah akhirnya posisi akan dipertaruhkan untuk yang namanya empati dan simpati terhadap kehidupan masyarakat kelas menengah ke bawah. Kalau ingat kelas menengah ke bawah maka - walau mungkin pelu dikaji lebih jauh - otomatis akan turut mengangkat harkat hidup yang menengah ke atas. Kok bisa? Ya sebab kebutuhan primer orang 'bawah'(sandang dan pangan) bukankah juga dibutuhkan oleh orang 'atas'. Sebaliknya barang-barang mewah yang dikonsumsi orang 'atas' belum tentu akan bisa serta merta mampu dimiliki oleh 'orang bawah'.

Andai niat untuk meraih posisi itu semata-mata untuk pamer/kesombongan, cari duit dan aneka kenikmatan duniawi lainnya maka tentu ujung-ujungnya akan bisa ditebak. Dan kita pun barangkali akan dengan kasat mata melihat hal itu di sekitar kita. Betapa usai menikmati kursi hangat alias empuk bukan main, seseorang akan menikmati kursi panas yang bisa bikin pantat kebakaran.

Posisi itu pasti sedang kita tempati karena ia bukan cuma hadir di tataran ihwal politik praktis. Seorang karyawan, pengangguran, ibu rumah tangga, wartawan, tentara, ketua RW, pedagang, guru, birokrat dsb ...... adalah posisi juga.

Selamat menikmati posisi itu .... enjoy saja .... Eh, siapa tahu dalam minggu-minggu ini pun saya akan punya posisi baru. Ya Rabbi .... tempatkanlah hamba-Mu pada posisi yang senantiasa mengusung kebenaran menurut-Mu. Amin ....

Palangka Raya, pukul 22.25.
(Sengaja ditulis untuk penikmat setia blog ini, maaf agak telat nulis. Maklum sedang ikut diklat)