27 Mei 2018

Rapat Koordinasi Teknis Persiapan Kirab Pemuda 2018

Kirab Pemuda Tahun 2018 in syaa Allah kembali akan digelar selama 73 hari sejak awal September 2018, melintasi 34 Provinsi sebelum berakhir pada momen puncaknya di Bali. Untuk itu, pada hari Jum'at (25/5) di Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan telah dilakukan rakornis persiapannya, dihadiri para pejabat dari 17 Kementerian/Lembaga (K/L). Rakor dipimpin oleh Dr Hazwan Yunaz, Staf Ahli Bidang Multikulturalisme, Restorasi Sosial dan Jati Diri Bangsa, Kemenko PMK, didampingi Prof Faisal Abdullah, Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, Kemenpora. Pejabat Kemenpora yang hadir antara lain Junaidi, Asdep Peningkatan Kreatifitas Pemuda, Esa Sukmawijaya, Sekretaris Deputi Pemberdayaan Pemuda dan Amar Ahmad, Sekretaris Deputi Pengembangan Pemuda.

"Ini pertemuan ke dua lintas K/L terkait persiapan kirab. Sengaja rapatnya dilakukan di Kemenko PMK agar posisi kirab tahun ini lebih terkoordinasi dengan lebih baik. Rapat pertama telah dilakukan di Kemenpora," ujar Faisal. "Lebih dari itu, kita ingin agar Perpres No 66/2017 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Pelayanan Kepemudaan, dapat diimplementasikan secara efektif," lanjutnya.

Sementara itu Hazwan menambahkan bahwa kirab adalah salah satu bentuk kegiatan sinergis yang harus didukung. "Untuk itu kita akan kembali mengadakan rapat lanjutan pada tanggal 4 Juni di Kemenko PMK juga, in Syaa Allah," ujar Hazwan.

04 Mei 2018

Macet

Macet oh macet. Satu kata yang kini pun kurasakan, menyusuri jalan tol dalam kota Jakarta. Pada malam week end, minggu pertama Mei 2018. Diselingi alunan lagu lawas Bujangan karya grup legendaris Koes Plus. Udara lembab tanpa derai hujan menghiasi suasana malam itu. 

Jakarta, seperti umumnya kota-kota besar lainnya di dunia, sudah telanjur lengket dengan kesan macet. Sang ibu kota yang idealnya tidak macet, sehingga warganya merasa nyaman, tampaknya masih jauh panggang dari api.

Apa penyebab macet?. Ya, kebanyakan kendaraan, simpel. Dibandingkan dengan apa?. Ya dengan daya tampung jalan yang ada. Tak seimbang. Membanjirnya mobil, misalnya, bisa jadi karena makin banyak orang yang punya mobil. Mobil pribadi. Kalau diuraikan lebih panjang, maka jawaban penyebab macet bisa berderet: moda angkutan umum masih kurang dan belum nyaman, terbatasnya anggaran pembuatan jalan baru, MRT dan LRT belum selesai, nihilnya regulasi pengaturan kepemilikan mobil pribadi, dsb.

Lalu apa solusi mengatasi macet?. Untuk konteks Jakarta, tunjuk misal, apakah ibu kota pemerintahannya harus dipindahkan?. Untuk kota-kota lainnya yang sudah terjangkit penyakit macet seumpama Bandung, Surabaya, Medan, Bogor, dsb, apakah perlu perluasan kota?. Bangun semua desa kita sehingga tingkat urbanisasi berkurang dan pada gilirannya kota-kota bisa terkendali penambahan warganya. Beragam alternatif solusi dapat saja diungkapkan.