24 September 2008

Prof. Arief Rachman calon Mendiknas 2009-2014?


Bismillaah, dengan niat turut mendukung kesuksesan pendidikan Indonesia, walau pasti ada pro dan kontra, saya menyodorkan wacana sebagaimana judul tulisan di atas.

Selain Prof. Bambang Sudibyo yang sekarang masih menjabat Mendiknas dengan segala kesuksesan beliau dalam mengelola pendidikan, figur Prof. Arief Rachman sangat layak untuk menduduki posisi amat strategis dan "challenging" tersebut.

Mengapa? Ada beberapa alasan untuk mengusung tokoh pendidikan Indonesia kelahiran Malang, 19 Juni 1942 ini:

1. Pernah menjadi guru dan Kepala Sekolah setingkat SMA sehingga aroma suasana dan denyut sehari-hari pendidikan dasar dan menengah telah beliau rasakan dengan segala pernak-perniknya. Kita tahu beliau amat sukses memimpin SMA Lab School, sekaligus juga dalam mengkader penggantinya sebagai salah satu ciri keberhasilan seorang pemimpin . Ini sangat penting sebagai 'best experiences' dalam pengambilan kebijakan secara nasional.

2. Berwawasan internasional apalagi beliau hingga saat ini masih menjabat sebagai Ketua Harian Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU). Pada tataran global, Indonesia harus tegak berdiri, penuh self confidence. Secara pasti Indonesia perlu mengurangi ketergantungan pinjaman dari luar negeri termasuk loan untuk pendidikan tanpa berarti mengurangi sedikitpun makna 'learning to live together'. Sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia harus menjadi contoh bagi masyarakat dunia dalam segala hal.

3. Pernah bolak-balik masuk tahanan pada masa lalu demi yang namanya perjuangan atas nama kebenaran. Lho, apa relevansinya? Ini menjadi bukti karakter /integritas dan keberanian beliau dalam berkiprah. Slogan "mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi" tentu no problem bagi beliau.

4. Faham kondisi dan kendala perguruan tinggi karena memang beliau seorang guru besar di UNJ. Perguruan tinggi yang mandiri dan berkelas dunia, cukup dana untuk riset tetapi membantu kelas menengah-bawah untuk bisa kuliah adalah diantara tantangan masa depan.

5. Amat senang mandalami hal-hal yang religius. Dengan begitu, Tuhan adalah orientasi terutama beliau dan kejujuran adalah suatu keniscayaan. Kita tahu kejujuran boleh jadi merupakan barang mahal dan amat langka di republik terkasih ini. Apalagi dengan gelontoran anggaran pendidikan yang 20% pada APBN mulai tahun depan. Kita sangat perlu seorang figur yang berani dan jujur untuk meminimalisir kebocoran/penyimpangan penggunaan dana yang melimpah tersebut.

6. Menghargai keberagaman. "Siswa itu perlu menjadi muslim yang baik, katolik yang baik .......". Sepotong kalimat ini pernah beliau ucapkan suatu ketika sebagai gambaran pandangan beliau terhadap pluralitas. Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika, bagaimanapun, menyimpan potensi untuk konflik tetapi jika dikelola secara arif maka akan berbuah sinergi dan kolaborasi yang cantik. Dan itu mesti dimulai dari dunia pendidikan.

Sebagai insan, beliau pasti memiliki kekurangan. Tentu ini nanti menjadi tugas staf beliau untuk bahu membahu membantu dalam bekerja. Jikalau Pak Arief tak bersedia dicalonkan atau berhalangan? Ya, kriteria di atas bisa menjadi referensi untuk mencari figur yang lain agar belantara pendidikan Indonesia makin sukses .....

Bila Anda berminat lebih jauh membaca sedikit perjalanan hidup Pak Arief, silakan klik di sini.